Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Sly pemotivasi hidup

Kecacatan Sejak Lahir Sejak awal lahirnya saja, Sly, begitu panggilannya, sudah mengalami masalah. Ibunya mengalami kesulitan saat melahirkannya, sehingga memaksa dokter untuk menggunakan sebuah alat bernama forcep. Sylvester Stallone, cacat sejak kecil Akibat kesalahan penggunaannya, terjadi sedikit kecacatan di wajah Sly. Bagian bawah sisi kiri wajahnya lumpuh, termasuk bibir, lidah, dan dagunya. Tetapi kecacatan ini justru menjadi ciri khasnya saat ia ngetop. 2. Korban Bully dan Jadi Anak Nakal Saat di usia sekolah, Sly termasuk anak yang sering dibully karena badannya yang kecil dan ceking. Karena itu ia terpacu untuk membesarkan tubuhnya melalui latihan-latihan berat. Untuk menghemat ongkos, ia berlatih di tempat pembuangan besi tua, dengan menggunakan bagian-bagian rangka mobil dan mesin sebagai barbelnya. Sylvester Stallone, jadi korban Bully di sekolah sendiri, nilai nilainya selalu jeblok. Setelah tubuhnya jadi gede, ia berubah jadi nakal dan mulai suka berantem, bolos,

Edith putri yang sukses

Edith Stern putri dari Aaron Stren, Edith menderita bronk pada tahun 1952 banyak yang mengejek Edith adalah seorang yang aneh tetapi Ayah nya ingin membuat Edith menjadi gadis yang sempurna. Jadi mulai saat lahir, dia memulai apa yang Harper's Magazine sebut "Proyek Edith". Segera, Aaron Stern mengubah radio ke stasiun musik klasik agar hanya yang klasik yang akan didengar di rumahnya. Dia menunda omongan bayi, berbicara tak henti-hentinya ke bayi, dan membuat kartu flash dengan gambar huruf dan binatang di atasnya. Lalu dia pindah sebelum mata bayi putrinya perlahan-lahan fokus.         Stern menganggur dan tidak bisa bekerja. Dia adalah seorang yang selamat - seorang yang selamat dari kamp konsentrasi, kebrutalan Gestapo dan, tentu saja, perang itu sendiri. Pada tahun 1949, ia dan Bella, yang ia nikahi di ghetto Warsawa, datang ke Amerika. Mereka hidup dalam kemiskinan, pertama di Brooklyn, dan kemudian di bawah sirkumtansi yang lebih baik, di Miami. Stern, ditemu

KISAH SASTRAWAN SAPARDI DJOKO DAMONO

Gambar
Menginspirasikan Tokoh Sastrawan Sapardi Djoko Damono  Pria kelahiran Solo, Jawa Tengah pada 20 Maret 1940 ini, mengaku tak pernah berencana menjadi penyair, karena dia berkenalan dengan puisi secara tidak disengaja. Sejak masih belia putra Sadyoko dan Sapariyah itu, sering membenamkan diri dalam tulisan-tulisannya. Bahkan, ia pernah menulis sebanyak delapan belas sajak hanya dalam satu malam. Kegemarannya pada sastra, sudah mulai tampak sejak ia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Kemudian, ketika duduk di SMA, ia memilih jurusan sastra dan kemudian melanjutkan pendidikan di UGM, fakultas sastra. Anak sulung dari dua bersaudara abdi dalem Keraton Surakarta itu mungkin mewarisi kesenimanan dari kakek dan neneknya. Kakeknya dari pihak ayah pintar membuat wayang—hanya sebagai kegemaran—dan pernah memberikan sekotak wayang kepada sang cucu. Nenek dari pihak ibunya gemar menembang (menyanyikan puisi Jawa) dari syair yang dibuat sendiri. “Tapi saya tidak bisa menya